Fanfiction Brothership
Looking For Happiness
Chaptered.
Main cast : Lee Hyukjae
Genre : Brothership
Ff ini pernah saya publish di Wattpad @yekyutae
...
***
Pekat dan dinginnya malam membuat orang-orang beristirahat tenang dengan bergumul pada selimut hangatnya guna menghalau rasa dingin yang begitu menusuk kulit. Pukul 3 dini hari adalah waktu yang biasa sedang dingin-dinginnya dan jam tidur yang sedang enak-enaknya. Di waktu tersebut anak kecil meminta kehangatan dari orang tua mereka.
Tapi siapa bilang? Ada saja pihak yang tak seberuntung orang-orang seperti yang telah diceritakan di atas. Seorang bocah kecil tidak seberuntung itu, di tengah dinginnya malam ini ia malah berada di luar dengan hanya mengenakan piyama tidurnya. Tidak ada tangisan dari bocah menggemaskan itu, mata bulatnya menatap bingung dengan tempat yang diduduki sekarang belum lagi hari masih sangat gelap, hal ini memiliki kesan menyeramkan.
Bocah polos itu memang tidak tahu apa-apa tapi sedikitnya ia dapat mengerti bahwa tempatnya kini bukanlah di rumah yang ia tempati. Saat terbangun ia sudah berada di tempat asing ini tapi ia sama sekali tidak menangis.
"Ma...paa..."
Suara kecil yang agak cempreng itu meluncur dari bibir bocah berusia tiga tahun ini. Sepertinya rasa takut mulai melanda dirinya.
Perlahan ia berdiri dari duduknya dan mulai berjalan dengan wajah bingungnya mengitari tempat yang ia pijak kini.
"Ma..ma... Yu..kie ta...kut." Benar saja, rasa takut dirasakan bocah itu.
Mata bulatnya mulai mengembun. Ia hanyalah bocah kecil yang masih sangat polos dan tak mengerti kenapa ia bisa berada disini.
"Huweeeee...maa..paaa...huwaaaa..."
Tangisan kencang itupun akhirnya keluar juga. Ia sangat ketakutan kali ini.
"Maaa... Paa... Hikkss...hikkss..."
Sepertinya tangisan kencang ini mampu membuat penghuni di dalam bangunan tersebut yang tak lain adalah panti asuhan itupun akhirnya keluar. Ya, ternyata bocah kecil ini menjadi korban yang ditinggalkan orang tuanya di panti asuhan.
"Ya Tuhan nak... Kamu kenapa bisa ada disini?" wanita paruh baya itu menghampiri bocah kecil yang masih terisak. Dengan segera ia merengkuh tubuh kecil itu ke dalam pelukannya guna memberikan kehangatan.
"Molla... Maaa... Paaa... Hikkss...hikksss..." Ia masih terisak dalam pelukan sang ibu panti.
"Kita bawa ke dalam saja, kasihan dia pasti kedinginan. Ayo," ujar pria paruh baya yang tak lain adalah suami dari wanita tadi.
"Ahh iya, ayo nak kita masuk. Kau memiliki banyak kakak di dalam, tapi sekarang mereka sedang tidur." Wanita itu menggendong bocah yang menangis segera masuk ke dalam rumahnya.
"Namamu siapa anak manis?"
"Hyukie." Bocah tersebut sudah menghentikan tangisnya dan mengaku bernama Hyukie. Mata bulatnya mengerjap berkali-kali menatap sang ibu yang memangkunya.
"Nama lengkapmu siapa nak?" tanya nya lagi.
Hyukie kecil itu menggeleng. Anak ini ternyata belum hapal nama lengkapnya, wajar saja ia baru saja genap berusia tiga tahun.
"Ya sudah, namamu Lee Hyukjae dan panggilanmu Hyukie ya sayang. Aku Lee Hyojin, dan sekarang aku adalah ibumu. Lalu ini ayahmu, namanya Lee Seung Chul."
Hyukie yang kini diberi nama Lee Hyukjae oleh orang tua barunya itupun hanya mengangguk polos dan mengerjapkan mata bulatnya beberapa kali. Tampaknya anak ini begitu mudah beradaptasi dengan orang baru, lihat saja ia sudah tak memanggil-manggil ayah ibunya seperti tadi.
Cukup miris memang anak seusianya harus menjadi korban keegoisan dari orang tua. Hari-hari baru untuk Hyukie pun dimulai.
...
“Ini milik adikku kau tidak boleh mengambilnya!”
Seorang anak perempuan berkuncir 2 merebut sebuah mainan mobil kecil dari tangan Hyukjae.
“Hyukie hanya ingin pinjam noona,” jawab Hyukjae kecil seraya menunduk takut.
“Tidak boleh. Itu milik adikku kau tidak boleh meminjamnya. Pergi kau!” Anak itu mendorong Hyukjae kecil hingga jatuh terduduk di lantai.
“Astaga Min~ah kenapa kau mendorong Hyukie eohh?”
Sang ibu panti membantu Hyukjae bangun dan mendekapnya erat. Karena sepertinya anak itu kaget karena dibentak sang kakak.
“Dia mengambil mainan Kyuhyun, eomma aku tidak bisa membiarkannya” jawab sang anak perempuan.
Hyojin tersenyum maklum. Hyukjae memang baru beberapa hari tinggal di panti. Jadi kakak-kakaknya belum sepenuhnya menerima kehadiran Hyukjae, apalagi Hyukjae menjadi yang termuda otomatis mereka memusuhi Hyukjae. Harusnya jika menjadi yang termuda ini disayang oleh kakak-kakaknya, tapi kenyataannya wajah menggemaskan Hyukjae tidak mampu untuk membuat para kakaknya itu perhatian padanya. Entah kenapa mereka semua seperti kurang suka pada bocah imut ini.
“Min~ah bukankah Hyukie juga adikmu? Sama seperti Kyuhyun jadi Min~ah harus menyayangi Hyukjae juga sama seperti Min~ah menyayangi Kyuhyun."
Hyojin berusaha memberikan pengertian kepada salah satu anak asunya tersebut. Minseok sebelumnya menjadi bungsu di panti ini sebelum kedatangan Hyukjae. Hampir semua anak anak menyayangi Kyuhyun yang berpipi chubby dan menggemaskan. Umur Kyuhyun beda beberapa bulan di atas Hyukjae.
“Tidak mau. Anak ini bukan adikku. Adikku hanya Kyuhyun!” ucap Min~ah tidak terima.
“Kenapa sayang? Hyukie juga imut seperti Kyuhyun bukan?” tanya Hyojin bingung.
“Tidak. Kyuhyun menggemaskan sedangkan dia menyebalkan. Apa eomma tidak lihat badannya kurus dan wajahnya imut seperti anak perempuan. Aku tidak suka itu," terang Min~ah seraya menunjuk Hyukjae.
Hyojin memperhatikan penampilan Hyukjae. Anak itu memang bertubuh mungil berkulit putih bersih dan berwajah imut. Penampilan seperti anak orang kaya, begitu terawat.
“Tapi sayang, bukan berarti kau harus membenci Hyukie bukan? Dia anak yang baik.”
Hyojin masih berusaha membujuk Min~ah. Min~ah memang anak yang paling dewasa di panti ini, usianya 10 tahun.
“Tidak mau ya tidak mau. Pokoknya aku tidak menyukai anak ini titik.”
Setelahnya Min~ah berlari seraya membawa mainan yang di rebutnya dari Hyukjae.
Hyojin menghela nafas lelah. Ia menatap Hyukjae prihatin. Hampir semua anak di panti tidak menyukai Hyukjae karena penampilan anak itu memang berbeda. Hyukjae memang tidak layak hidup di panti asuhan yang sederhana ini. Hyojin membawa Hyukjae kedalam pelukannya.
“Yang sabar ya nak. Eomma yakin suatu saat nanti kakak-kakakmu akan menyayangimu," ujarnya.
Sedangkan Hyukjae hanya mengangguk dalam pelukan Hyojin. Anak itu tampak belum mengerti tentang getirnya hidup yang ia jalani.
Seung Chul, pria paruh baya itu baru saja pulang dari tokonya. Dia memang memiliki sebuah toko pakaian yang berada di kampung sebelah, penghasilannya cukup berlebih hingga akhirnya ia dan sang istri memutuskan untuk menampung anak-anak terlantar karena kebetulan sekali pasangan suami istri ini tidak diberi keturunan. Terhitung kini ia menampung 10 anak termasuk Hyukjae. Sudah berpuluh tahun mereka mengasuh anak-anak terlantar banyak di antara mereka setelah dewasa itu pergi merantau ke perkotaan, memang ini bukanlah panti asuhan resmi jadi tidak ada yang mengadopsi anak dari sana. Tapi Seung Chul dan Hyojin ikhlas, mereka tulus menyayangi anak-anak tersebut lalu menyekolahkannya setelah selesai sekolah mereka memberi kebebasan pada mereka untuk tetap tinggal disana atau meninggalkan rumah itu untuk bekerja.
Pria paruh baya itu turun dari motornya dan menenteng sebuah kantong berukuran sedang.
"Appa..."
Panggil anak-anak yang tengah bermain di halaman rumah. Mereka semua ada disana.
"Heii kalian sedang main ya..." ujar Seung Chul menatap anak-anak bergantian, hingga akhirnya ia menyadari jika anaknya kurang satu, Hyukjae tidak ikut bergabung disana.
Ia menoleh ke sudut terasnya ternyata anak itu tengah duduk menyendiri dan hanya bisa menatap teman-temnnya yang asik bermain tanpa mengajaknya.
"Kenapa kalian tidak mengajak Hyukie nak, dia sendirian tuh kasihan," ujar Seung Chul pada salah satu anaknya.
"Tidak mau appa. Dia anaknya tidak asik!" sahut bocah bertubuh gempal, Kyuhyun.
"Heii Kyu sayang jangan begitu eohh... Sudah sekarang Kyu main bersama yang lain lagi ya," ujar Seung Chul.
Kyuhyun menurut dan kembali pada kakak-kakaknya. Sedangkan Seung Chul, pria itu menghampiri Hyukjae.
"Heiii Hyukie sayang, kenapa disini eohh... Kau tidak ikut bermain bersama kakak-kakakmu?" ucapnya lembut seraya mengusap surai lembut anaknya.
"Appa..." Hyukjae kecil tersenyum.
"Ini untuk Hyukie, bukalah. Hyukie pasti suka." Seung Chul memberikan sebuah kotak pada Hyukjae yang langsung dibukanya.
Seketika mata bulatnya berbinar ketika isi dari kotak itu adalah mainan mobil beremot dengan harga mahal tentunya, pantas saja Hyukjae suka dengan mainan ini.
"Yukie tuka appa..." ucapnya dengan suara cadelnya.
"Benarkah? Syukurlah kalau Hyukie suka. Sekarang appa ajarkan dulu cara memainkannya ya," ujar Seung Chul yang diangguki semangat oleh Hyukjae.
Pria itupun mulai memainkan mobilnya dan Hyukjae senang melihat hal tersebut.
"Nah... Sekarang coba Hyukie yang main. Tekan tombolnya ya,"
Hyukjae pun mulai memainkan mobilnya. Tidak sulit, karena ia pernah memainkannya dulu sebelum ia tiba di rumah penampungan ini.
"Waahh anak appa pintar eohh..." Seung Chul memuji Hyukjae.
"Hihihiii... Hyukie cenang..." bocah itu terkekeh dan makin asik dengan mainannya.
Ia tak sadar jika kakak-kakaknya menatap dia dengan pandangan tak suka, mereka iri melihat Hyukjae dibelikan mainan sebagus itu oleh ayah mereka. Selama mereka disana, meskipun beli mainan bagus itupun hanya satu dan harus digunakan secara bersama. Sedangkan barusan, mereka mendengar jelas jika mainan mobil itu dikhususkan untuk Hyukjae.
"Kau membeli mainan baru lagi yeobo?" Hyojin yang baru selesai dengan kegiatan masaknya pun keluar dan sedikit kaget dengan mainan baru itu.
"Iya, aku kasihan Hyukjae selalu tidak diberi mainan oleh kakak-kakaknya jadi yaaa aku belikan ini saja," sahut Seung Chul.
"Tapi kan tidak perlu membeli mainan semahal ini juga, pengeluaran kita untuk anak-anak itu semakin banyak karena mereka sudah sekolah. Jadi yaa kalau beli mainan yang wajar-wajar saja eohh," ujar Hyojin sedikit memprotes.
Bukannya ia tidak suka hanya saja ialah yang mengatur keuangan, dan ketika melihat sang suami membelikan mainan dengan harga mahal tentu saja ia protes karena untuk pengeluaran sehari-hari pun sudah banyak.
"Sudahlah, tak apa..."
Malam hari tiba dan kini anak-anak itu sudah berada di kamarnya. Jumlah 10 anak ini dibagi menjadi tiga kamar. Hyukjae sekamar dengan Kyuhyun, Minho, dan Tak Goo. Dengan Tak Goo adalah yang tertua, 9 tahun.
Dua termuda di antara mereka masih membuka matanya. Hyukjae terlihat memainkan sebuah boneka monyet di tangannya, dengan jahil Kyuhyun melemparkan boneka penguin itu ke arah Hyukjae dan tepat mengenai kepalanya. Hyukjae menoleh, matanya terlihat takut tapi beruntung ia tidak sampai menangis.
"Aku mau main mobilmu Hyuk. Besok aku pinjam," ujar Kyuhyun.
Dengan cepat Hyukjae langsung mengangguk dan tersenyum, setelahnya ia mencoba memejamkan matanya.
...
Hari-hari Hyukjae di rumah penampungan itu terus berlanjut, tak terasa kini ia sudah tinggal di rumah itu selama tiga bulan. Kendati demikian, hal itu tidak mengubah sikap anak-anak lain padanya. Ia dikucilkan oleh mereka, berkali-kali Hyukjae mendekati mereka namun yang ia dapatkan hanyalah kecuekkan mereka. Kyuhyun dan Minho sangat sering menjahilinya, Minji, kakak perempuannya itu sangat galak, lalu Tak Goo memiliki wajah yang ramah membuat Hyukjae suka mendekatinya tapi anak itu sifatnya begitu dingin tak sesuai dengan wajah, sedangkan anak-anak lain tidak peduli pada Hyukjae. Hanya Seung Chul dan Hyojin lah yang selalu menemani Hyukjae.
"Hyuk kenapa diam?" tanya sang ibu.
"Hyukie mau main cama meleka eomma..." jawabnya dengan mata merah.
"Coba Hyukie dekati mereka, kalau Hyukie kesana pasti nanti akan diajak. Ayo sayang," ujar Hyojin.
Hyukjae mengangguk dan mulai berjalan mendekati para kakaknya yang sedang memainkan mobil miliknya bersama Kyuhyun. Benar saja mobil itu seolah diambil alih kekuasaannya oleh Kyuhyun.
"Kyu... Hyungdeul, Hyukie ikut main yah..." ucapnya dengan nada riang, padahal tadi matanya sempat berkaca-kaca.
"Ishh pergi kau. Aku tak mau main denganmu. Sana-sana husshh!" usir Kyuhyun kasar.
"Tapi Hyukie pengen main mobil itu Kyu," ujar Hyukjae yang memang ingin bermain.
"Ahh tidak-tidak sudah sana pergi aku tak mau main denganmu Hyuk!" Kyuhyun kembali mengusir Hyukjae. Sedangkan anak yang lain hanya diam saja.
"Tidak Kyu. Aku main, itu mobilku bukan mobilmu!" jiwa ingin mempertahankan dan merebut seorang Hyukjae pun keluar.
Ia hanya anak kecil wajar saja jika sikap keras kepalanya keluar, toh mainan itu punya Hyukjae. Ia langsung mengambil remot itu dari tangan Kyuhyun jika saja Kyuhyun tidak mendorongnya hingga jatuh.
Kemudian anak itu langsung lari diikuti kakaknya yang lain. Tersisa Kim Tak Goo disana dan Hyukjae yang terduduk di atas rerumputan hias itupun mulai menangis, bahkan lutut bocah berkulit putih ini lecet dan berdarah.
"Huwaaaa... Mobil Hyukie mau mobil huwaaa..." Tangisannya kencang, ibu mereka telah masuk kembali ke dalam rumah jadi tidak mendengar suara tangisan Hyukjae.
"Huwaa mobil hikkss.. Mobil Hyukie hiikksss...hikks..."
Tak Goo terlihat berdecak, mendengar bocah ini menangis rasanya berisik sekali.
"Sudah-sudah diam jangan menangis, telaingaku sakit mendengar tangisanmu itu!" ujar Tak Goo dingin.
"Tapi Hyukie mau mobil itu hyuuungg huwaaa...hikkss...hiksss..." tangis Hyukjae semakin pilu.
Tak Goo menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan, hatinya agak iba juga jika melihat bocah sekecil ini menangis pilu hanya karena ingin memainkan mainan miliknya sendiri.
"Ikut aku, ayo. Kau mau es krim tidak?" ujarnya.
Tangisan Hyukjae berhenti dan ia menatap Tak Goo yang juga tengah menatapnya. Tangan mungil itu mengusap air mata di pipinya. Tak lama ia pun mengangguk polos dan matanya mengerjap lucu, tanpa sadar Tak Goo dibuat tersenyum tipis olehnya.
"Ayo. Kau jalan saja ya, laki-laki itu tidak boleh cengeng. Kau harus kuat, paham?" ujar Tak Goo seraya menuntun Hyukjae.
"Iya hyung, Hyukie tak akan menangis lagi kalau mainan Hyukie diambil." Hyukjae kecil menjawab dengan polosnya.
Tak Goo tersenyum, ia baru tahu ternyata Hyukjae anak yang menyenangkan juga.
Waktu terus berputar tanpa ada jeda sedikitpun. Hari telah menjadi pekan, pekan telah berubah menjadi bulan, dan bulan kini telah menjadi hitungan tahun. Ya, tiga tahun sudah Hyukjae menjalani hidup bersama kakak dan orang tua angkatnya. Tidak begitu banyak perubahan yang signifikan, ia masih dikucilkan oleh kakaknya karena menganggap Hyukjae ini paling bisa menarik perhatian orang tua khususnya sang ayah.
Tapi setidaknya Hyukjae cukup bersyukur karena kini Tak Goo menjadi satu-satunya kakak yang peduli pada Hyukjae meski terkadang sikap dingin anak itu keluar begitu saja.
"Hyukie pulaaang..."
Hyukjae berseru ceria saat ia baru tiba di rumah setelah pulang sekolah. Dia kini duduk di bangku taman kanak-kanak dan akan masuk sekolah dasar bulan depan.
"Berisik kau! Kepalaku semakin sakit mendengar suara cemprengmu itu!" bentak Kyuhyun. Anak itu tengah tiduran di kursi ruang utama rumah tersebut karena sedang tidak enak badan, makanya anak itupun tidak masuk sekolah.
"Eumm maaf Kyu, Hyukie tidak tahu kau ada disini. Oh ya, kau masih sakit?" tanya nya perhatian.
"Diam!!!"
"Ehh Kyu, sedang sakit kok marah-marah... Jangan begitu sayang, nanti tambah sakit lho..." ujar Hyojin mengingatkan dengan halus.
"Ohh Hyukie sudah pulang, ganti bajumu ya nak setelah itu kau makan. Appa menunggumu," ujarnya.
"Appa ada di rumah eomma?" tanya Hyukjae sedikit berbinar pasalnya ayahnya ini biasa di toko di jam-jam sekarang, paling ia akan berada di rumah saat sore.
"Iya nak, appa tidak pergi ke toko. Sudah ayo ganti bajumu habis itu makan."
Hyukjae menurut, ia pun beranjak ke kamar untuk berganti pakaian.
Saat ini Hyukjae dan Kyuhyun sama-sama sedang mengerjakan tugas sekolah mereka. Awalnya mereka diajari oleh Tak Goo, tapi kakaknya itu permisi ingin ke kamar mandi dulu katanya jadilah mereka belajar sendiri.
"Kerjakan punyaku, ayo!" Kyuhyun menyuruh Hyukjae untuk mengerjakan tugasnya.
"Tapi punyaku belum selesai Kyu, sebentar ya."
"Tidak. Kerjakan dulu punyaku, kalau tidak aku akan marah!" titah Kyuhyun lagi semakin memaksa.
Hyukjae menghela napas, selalu saja begini ia tak akan pernah menang dari Kyuhyun.
"Baiklah, aku akan mengerjakannya."
Hyukjae pun sedikit bergeser sayang ia tak menyadari jika didekatnya ada segelas air milik Kyuhyun yang menyimpannya sembarangan, sontak air itu pun tumpah dan mengenai buku Kyuhyun.
Melihat bukunya basah Kyuhyun pun marah.
"Hyukjae kenapa kau membasahi bukuku bodoh!" bentaknya.
"Maaf Kyu, Hyukie tidak melihat ada gelas. Hyukie tidak sengaja, maaf ya..." ujarnya dengan kepala tertunduk.
Plakk
Dengan teganya Kyuhyun memukul kepala Hyukjae itu menggunakan tepaknya yang terbuat dari bahan kaleng. Tentu saja itu akan menyakitkan.
"Kau bodoh Hyuk!"
"Heii Kyuhyun! Apa yang kau lakukan eohh?!"
*TBC
Komentar
Posting Komentar